Hal tersebut disampaikan Bupati Majalengka H. Sutrisno menyikapi batalnya penetapan raperda pasar yang diinisiasi DPRD Majalengka sejak tiga tahun lalu. Ada ketidaksepahaman pada sejumlah pasal antara eksekutif dan legislatif.
Di antaranya DPRD menghendaki adanya pembatasan jarak pendirian minimart minimal 2 km dari pasar tradisional selain itu jam buka hanya dimulai pagi hari hingga pukul 22.00 WIB. Dasar pertimbangan dewan, bila jam buka hingga 24 jam, akan mematikan pedagang pasar tradisional demikian juga bila jaraknya terlalu dekat.
Bagi pasar modern yang kini buka dan jaraknya cukup dekat dengan pasar tradisional, mereka harus memperbaharui izin dan ke depan mereka harus pindah tempat.
Persoalan tersebut menurut Bupati Sutrisno dianggap kurang tepat, bila membatasi keberadaan pasar modern, karena akan menghambat kemajuan suatu daerah. Saat ini masyarakat sudah mulai memilih tempat belanja, mereka ingin belanja di tempat yang nyaman, murah dan mudah untuk mendapatkan barang.
Makanya bila pasar modern dibatasi peredaran uang warga Majalengka akan berlari ke luar daerah, karena warga Majalengka sebelum di Majalengka banyak pasar modern, banyak yang lebih memilih berbelanja di luar kota seperti Cirebon atau Bandung.
“Kalau sekarang pasar modern dibatasi uang akan lari ke luar, karena warga Majalengka kerap berbelanja ke luar kota. Tapi bila ada fasilitas di Majalengka masa lari ke luar juga, itu hingga kenapa pemda tidak menyetujui pembatasan jarak dan waktu buka pasar modern,” ungkap Bupati.//prlm
loading...
»Share or Like News:
Raperda Pasar tak Disetujui, Dikhawatirkan Pelarian Uang ke Luar
