Target Swasembada Garam 2015 Sulit Tercapai

Posted by Admin Sunday, 12 October 2014

Cirebon - Masih terikatnya para petani garam di Kabupaten Cirebon dengan tengkulak, membuat hasil produksi baik dari sisi kualitas maupun kwantitas menjadi kurang baik. Pasalnya, petani mengejar agar secepat agar garam bisa segera diuangkan, demi membayar hutang pada tengkulak.

Kondidi tersebut, membuat target pemerintah akan swasembada garam baik daerah maupun skala nasional, sulit tercapai.

Hal itu disampaikan Ketua Asosiasi Petani Garam Cirebon, M Insyaf Supriyadi, menanggapi sulit tercapainya target swasembada garam 2015, yang dicanangkan pemerintah beberapa bulan lalu.
“Sepertinya sulit tercapai, bahkan meski dibantu program Pugar (Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat, red) sekalipun. Petani garam itu kebutuhannya harian, bukan mingguan. Sementara untuk memeperoleh hasil produksi garam dengan kualitas yang baik, minimal empat hari sampai satu minggu,” kata Insyaf.
Kondisi itulah, menurut Insyaf, yang membuat para petani terjerat dengan tengkulak. Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, petani garam terpaksa meminjam kepada para tengkulak.
“Bagaimana kualitas garam bisa bagus jika petani garam di sini mempercepat panen agar bisa membayar tengkulak. Ini yang membuat kualitas dan kuantitas garam menjadi kurang bagus,” kata Insyaf.
Pada sisi lain, lanjut Insyaf, bantuan pemerintah melalui Program PUGAR juga tidak terlalu membantu.
“Harapan kami dulu itu, adanya program Pugar ini dapat membiayai ongkos produksi supaya petani tidak terikat kepada tengkulak. Sehingga harganya stabil dengan kualitas garamnya yang bagus. Nanti yang membelinya kami dari koperasi maupun asosiasi. Ternyata Pugar ini tidak sesuai dengan harapan para petani. Padahal program ini digulirkan selama tiga tahun berturut-turut,” ujar Insyaf.
Insyaf menjelaskan, kurangan tepatnya sasaran program Pugar karena ada perubahan di tingkat kementrian yang mengelola program tersebut. Dulu, lanjut Insyaf, pengelolaan Pugar ada di Kementerian Perindustrian namun saat program mau jalan, kewenangannya berpindah ke Kementerian Kelautan.
Perubahan kewenangan itu, menurutnya, berimbas pada biaya bantuan per hektar yang diterima petani jadi lebih kecil. Akibatnya penati garam masih kekurangan modal.
“Untuk dua kopang, biaya produksi dari awal sampai dengan panen itu tidak lebih dari Rp12 juta, baik untuk pembelian alat kincir air maupun untuk biaya lainnya. Jadi walaupun mendapat bantuan Pugar, tetapi karena kebutuhan mereka masih kurang sehingga tetap saja masih pinjam ke tengkulak,“ paparnya.
Selain itu, sambung dia, adanya rencana kawasan Pantai Cirebon yang akan dijadikan zona industry, sedikit banyak berpengaruh pada lahan petani garam. Padahal, lanjut Insyaf, secara rencana tata ruang, Kabupaten Cirebon bukan saja menjadi tujuan industri manufaktur namun juga ada industri yang bersifat tradisional.
”Rencana ini sedikit banyak pengaruh terhadap hasil produksi garam Cirebon, stok secara nasional garam akan mengalami pengurangan terutama stok daerah,“ ujarnya.
Namun menurut Insyaf, petani garam dapat memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan hasil produksi garam mereka.
“Seperti yang dikembangkan petani garam di Losari. Mereka menggunakan teknik isolator. Dengan menggunakan teknik ini, hasil produksi bisa dua kali lipat dari produksi manual yang selama ini dilakukan,“ pungkasnya.

(Fajarnews.com).

loading...
»Share or Like News: Target Swasembada Garam 2015 Sulit Tercapai
RADIO SONG FM INDRAMAYU Updated at: 21:42:00

GUMIWANG KOMUNIKA INDRAMAYU

VIDEO KABAR ARTIS

VIDEO LAGU BARU SONG FM

INFO GEMPA KLIK DIBAWAH