Penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu mengungkapkan adanya bahan dasar formalin, dan borax, dalam makanan jajanan di sekolah. Selain itu, ditemukan juga Rhodamin B dan Methanil Yellow yang berfungsi untuk pewarna pakaian.
Temuan Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu itu merupakan penelitian yang dilakukan selama 2013. Penelitian dilakukan terhadap makanan jajanan yang berada di 315 sekolah Kabupaten Indramayu. Adapun total sekolah di Indramayu adalah 943 sekolah.
Kepala Subbidang Promosi Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Yahya mengatakan, penelitian itu dilakukan dari petugas puskesmas yang ada di tiap daerah. Adapun sistem sampling adalah satu daerah, satu sekolah.
"Dari hasil itu, seluruhnya didapati mengandung zat berbahaya. Mulai dari kandungan borax, formalin, rhodamin B dan methanil yellow berada dalam jajanan anak sekolah dasar," ujarnya, akhir pekan kemarin.
Dia mengatakan, dagangan yang diperiksa pihaknya tersebut terdiri dari beragam jenis makanan jajanan, mulai dari mie, tahu, siomay, nugget, sosis, sukoi, telor mie, baso, usus ayam, krupuk, cilok, lontong, simping, bolu, gulali, es sirop, es serut hingga berbagai bentuk manisan.
Menurut dia, jumlah total untuk kandungan borax yakni 0,26 persen, formalin 1,79 persen, rhodamin B yakni 1,41persen, dan methanil yellow 0,06 persen. "Semua kandungan itu berbahaya dan akan terasa setelah 10 tahun kedepan. Dampaknya bisa cukup parah, yakni kanker," tuturnya.
Dia menambahkan, setelah melakukan penelitian, pihaknya sudah meminta kepada para pedagang untuk tidak menjual kembali makanannya, karena mengandung zat berbahaya. Akan tetapi, menurutnya, hal yang terpenting adalah menguatkan pengetahuan konsumen tentang makanan jajanan yang berbahaya untuk kesehatan.
"Yang terpenting bagaimana mengetahui makanan yang mengandung zat-zat berbahaya tersebut, mulai dari kekenyalan yang berlebih, warna yang mencolok, serta lebih awet. Menemukan makanan seperti itu harus dicurigai dan disarankan untuk tidak membelinya," kata dia.
Menurutnya, peran orang tua menjadi penting. Mereka hendaknya memberi tahu anaknya mengenai makanan jajanan yang tidak sehat. Hal itu, kata dia, adalah kunci utama dibandingkan langsung menghukum pedagang.
Dia menambahkan, pada tahun ini pihaknya akan melebarkan penelitiannya. Dia mengatakan, akan mengambil 720 sample dengan 3 tempat, yakni sekolah, pasar, dan pedagang kaki lima. Penelitian itu akan dilakukan sekitar bulan April sampai November, dan dilakukan bertahap.
"Pemeriksaannya pun ditambah. Selain zat-zat berbahaya tersebut juga memeriksa bahan-bahan tambahan pangan yang benar, namun dengan kadar lebih. Bahan benar jika berlebihan juga bahaya. Untuk itu, kami sudah kerja sama dengan Laboratorium Pengawasan Kesehatan Lingkungan LPKL Bandung," tuturnya.
Kepala Seksi Pembinaan dan Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Wahyurini mengatakan, pihaknya telah bekerjasama dengan usaha kesehatan sekolah yang ada di Indramayu.
Selain itu, kerjasama dengan melibatkan peranan dokter cilik yang ada di sekolah pun dilakukan. Dia menyebutkan, dalam setiap sekolah terdapat 3 dokter cilik yang diberikan informasi mengenai makanan jajanan yang berbahaya oleh pihaknya.
Dia mengatakan, salah satu upaya yang penting dilakukan adalah memberikan informasi melalui beragam media mengenai pentingnya menyaring setiap makanan jajanan yang ada di sekolah, ketimbang melarang pedagang untuk berjualan.
"Melalui UKS dan dokter cilik, kami memberikan informasi kepada mereka tentang makanan jajanan yang mengandung zat berbahaya. Harapannya, informasi yang kami berikan bisa tersebar lagi ke teman-teman dan lingkungan terdekatnya," kata dia.//prlm
loading...
»Share or Like News:
Makanan Jajanan Mengandung Bahan tidak Menyehatkan
